Pendidikan mempunyai banyak pengertian, tetapi secara umum diterima sebagai suatu perubahan perilaku. Tulisan ini dimaksudkan bukan u...
Pendidikan
mempunyai banyak pengertian, tetapi secara umum diterima sebagai suatu
perubahan perilaku. Tulisan ini dimaksudkan bukan untuk menganalisa teori yang
ada dibalik Pendidikan Orang Dewasa (Andragogi),
melainkan untuk memahami prinsip-prinsip Pendidikan Orang Dewasa (atau
yang biasa disingkat POD) yang dapat diterima. Prinsip-prinsip yang disajikan
di sini pada dasarnya sama dengan yang dikembangkan pada beberapa pelatihan
yang menggunakan metode instruksional, tetapi satu hal yang membedakan adalah
prinsip-prinsip POD lebih dikenal secara luas.
Prinsip-prinsip
ini berkaitan dengan training (pelatihan) dan pendidikan, dan biasanya
diterapkan pada situasi kelas formal atau untuk sistem on the job training
(magang). Tiap bentuk pelatihan sebaiknya memuat sebanyak mungkin 9 prinsip
yang di bawah ini. Supaya kita mudah mengingatnya (9 prinsip tersebut), maka
biasanya digunakn sistem jembatan keledai atau istilah asingnya mnemonic, yaitu
RAMP 2 FAME.
R = Recency
A = Appropriateness
M = Motivation
P = Primacy
2 = 2 – Way Communication
F = Feedback
A = Active Learning
M = Multi – Sense Learning
E = Excercise
Prinsip-prinsip
ini dalam berbagai cara sangat penting, karena memungkinkan Anda (pelatih)
untuk menyiapkan satu sessi secara tepat dan memadai, menyajikan sessi secara
efektif dan efisien, juga memungkinkan anda melakukan evaluasi untuk sessi
tersebut. Mari kita coba lihat ide-ide yang melatarbelakangi istilah RAMP 2
FAME. Penting untuk dicatat bahwa prinsip-prinsip ini tidak disajikan dalam
satu urutan. Kedudukannya sama dalam satu kaitan antar hubungan.
R – RECENCY
Hukum dari
Recency menunjukkan kepada kita bahwa sesuatu yang dipelajari atau diterima
pada saat terakhir adalah yang paling diingat oleh peserta/partisipan. Ini
menunjukkan dua pengetian yang terpisah di dalam pendidikan. Pertama, berkaitan
dengan isi (materi) pada akhir sessi dan kedua berkaitan dengan sesuatu yang
“segar” dalam ingatan peserta. Pada aplikasi yang pertama, penting bagi pelatih
untuk membuat ringkasan (summary) sesering mungkin dan yakin bahwa pesan-pesan
kunci/inti selalu ditekankan lagi di akhir sessi. Pada aplikasi kedua,
mengindikasikan kepada pelatih untuk membuat rencana kaji ulang (review) per
bagian di setiap presentasinya.
Faktor-faktor
untuk pertimbangan tentang recency
- Usahakan agar tiap sessi yang diberikan berjangka waktu yang relatif pendek, tidak lebih dari 20 menit (jika itu memungkinkan).
- Jika sessi lebih dari 20 menit, harus sering diringkas (direkap). Sessi yang lebih panjangsebaiknya dibagi-bagi ke dalam sessi-sessi yang lebih pendek dengan beberapa jeda sehingga anda dapat membuat ringkasan.
- Akhir dari tiap sessi merupakan suatu yang penting. Buatlah ringkasan/rekap dari keseluruhan sessi dan beri penekanan pada pesan-pesan atau poin-poin kunci.
Upayakan
agar peserta/partisipan tetap “sadar” kemana arah dan perkembangan dari belajar
mereka
A :
APPROPRIATENES
(Kesesuaian)
Hukum dari
appropriatenes atau kesesuaian mengatakan kepada kita bahwa secara keseluruhan,
baik itu pelatihan, informasi, alat-alat bantu yang dipakai, studi kasus -studi
kasus, dan material-material lainnya harus disesuaikan dengan kebutuhan
peserta/partisipan. Peserta akan mudah kehilangan motivasi jika pelatih gagal
dalam mengupayakan agar materi relevan dengan kebutuhan mereka. Selain itu,
pelatih harus secara terus menerus memberi kesempatan kepada peserta untuk
mengetahui bagaimana keterkaitan antara informasi-informasi baru dengan
pengetahuan sebelumnya yang sudah diperolah peserta, sehingga kita dapat
menghilangkan kekhawatiran tentang sesuatu yang masih samar atau tidak
diketahui.
Faktor-faktor
yang perlu dipertimbangkan mengenai appropriateness:
- Pelatih harus secara jelas mengidentifikasi satu kebutuhan bagi peserta agar mengambil bagian dalam pelatihan. Dengan kebutuhan yang teridentifikasi, pelatih harus yakin bahwa sehala sesuatu yang berhubungan dengan sessi sesuai dengan kebutuhan tersebut.
- Gunakan deskripsi, contoh-contoh atau ilustrasi-ilustrasi yang akrab (familiar) dengan peserta.
M: MOTIVATION (motivasi)
Hukum dari
motivasi mengatakan kepada kita bahwa pastisipan/peserta harus punya keinginan
untuk belajar, dia harus siap untuk belajar, dan harus punya alasan untuk
belajar. Pelatih menemukan bahwa jika peserta mempunyai motivasi yang kuat
untuk belajar atau rasa keinginan untuk berhasil, dia akan lebih baik dibanding
yang lainnya dalam belajar. Pertama-tama karena motivasi dapat menciptakan
lingkungan (atmosphere) belajar menjadi menye-nangkan. Jika kita gagal
menggunakan hukum kesesuaian (appropriateness) tersebut dan mengabaikan untuk
membuat material relevan, kita akan secara pasti akan kehilangan motivasi
peserta.
Faktor-faktor
yang perlu dipertimbangkan mengenai motivasi:
- Material harus bermakna dan berharga bagi peserta, tidak hanya bagi pelatih
- Yang harus termotivasi bukan hanya peserta tetapi juga pelatih itu sendiri. Sebab jika pelatih tidak termotivasi, pelatihan mungkin akan tidak menarik dan bahkan tidak mencapai tujuan yang diinginkan.
- Seperti yang disebutkan dalam hukum kesesuaian (appropriateness), pelatih suatu ketika perlu mengidentifikasi satu kebutuhan kenapa peserta datang ke pelatihan. Pelatih biasanya dapat menciptakan motivasi dengan mengatakan bahwa sessi ini dapat memenuhi kebutuhan peserta.
- Bergeraklah dari sisi tahu ke tidak tahu. Awali sessi dengan hal-hal atau poin-poin yang sudah akrab atau familiar bagi peserta. Secara perlahan-lahan bangun dan hubungkan poin-poin bersama sehingga setiap tahu kemana arah mereka di dalam proses pelatihan.
P : PRIMACY (Menarik Perhatian di awal sessi)
Hukum dari
primacy mengatakan kepada kita bahwa hal-hal yang pertama bagi peserta biasanya
dipelajari dengan baik, demikian pula dengan kesan pertama atau serangkaian
informasi yang diperoleh dari pelatih betul-betul sangat penting. Untuk alasan
ini, ada praktek yang bagus yaitu dengan memasukkan seluruh poin-poin kunci
pada permulaan sessi. Selama sessi berjalan, poin-poin kunci berkembang dan
juga informasi-informasi lain yang berkaitan. Hal yang termasuk dalam hukum
primacy adalah fakta bahwa pada saat peserta ditunjukkan bagaimana cara
mengerjakan sesuatu, mereka harus ditunjukkan cara yang benar di awalnya.
Alasan untuk ini adalah bahwa kadang-kadang sangat sulit untuk “tidak
mengajari” peserta pada saat mereka membuat kesalahan di permulaan latihan.
Faktor-faktor
yang perlu dipertimbangkan mengenai primacy:
- Sekali lagi, upayakan sessi-sessi diberikan dalam jangka waktu yang relatif singkat. Sebaiknya sekitar 20 menit seperti yang disarankan dalam hukum recency.
- Permulaan sessi anda akan sangat penting. Seperti yang anda ketahui bahwa sebagian banyak peserta akan mendengarkan, dan oleh karena itu buatlah semenarik mungkin dan beri muatan informasi-informasi penting ke dalamnya.
- Usahakan agar peserta selalu “sadar” arah dan perkembangan dari belajarnya.
- Yakinkan peserta akan memperoleh hal-hal yang tepat pada saat anda pertama kali meminta mereka melakukan sesuatu
2 : 2- WAY
COMMUNICATION (Komunikasi
2 arah)
Hukum dari
2-way-communication atau komunikasi 2 arah secara jelas menekankan bahwa proses
pelatihan meliputi komunikasi dengan peserta, bukan pada mereka. Berbagai
bentuk penyajian sebaiknya menggunakan prinsip komunikasi 2 arah atau timbal
balik. Ini tidak harus bermakna bahwa seluruh sessi harus berbentuk diskusi,
tetapi yang memungkinkan terjadinya interaksi di antara pelatih/fasilitator dan
peserta/partisipan.
Faktor-faktor
untuk pertimbangan mengenai 2-way communication:
- Bahasa tubuh anda juga berkaitan dengan komunikasi 2 arah: anda harus merasa yakin bahwa itu tidak bertentangan dengan apa yang anda katakan.
- Rencana sessi anda sebaiknya memiliki interaksi dengan siapa itu dirancang, yaitu tak lain adalah peserta.
F: FEEDBACK (Umpan Balik)
Hukum dari
feedback atau umpan balik menunjukkan kepada kita, baik fasilitator dan peserta
membutuhkan informasi satu sama lain. Fasilitator perlu mengetahui bahwa
peserta mengikuti dan tetap menaruh perhatian pada apa yang disampaikan, dan
sebaliknya peserta juga membutuhkan umpan balik sesuai dengan penampilan/kinerja
mereka.
Penguatan
juga membutuhkan umpan balik. Jika kita menghargai peserta (penguatan yang
positif) untuk melakukan hal-hal yang tepat, kita mempunyai kesempatan yang
jauh lebih besar agar mereka mengubah perilakunya seperti yang kita kehendaki.
Waspada juga bahwa terlalu banyak penguatan negatif mungkin akan menjauhkan
kita memperoleh respon yang kita harapakan.
Faktor-faktor
untuk pertimbangan mengenai feedback:
- Peserta harus diuji (dites) secara berkala untuk umpan balik bagi fasilitator
- Pada saat peserta dites, mereka harus memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka sesegera mungkin.
- Tes bisa juga meliputi pertanyaan-pertanyaan yang diberikan fasilitator secara berkala mengenai kondisi kelompok
- Semua umpan balik tidak harus berupa yang positif, seperti yang dipercaya banyak orang. Umpan balik positif hanya setengah dari itu dan hampir tidak bermanfaat tanpa adanya umpan balik negatif
- Pada saat peserta berbuat atau berkata benar (misal menjawab pertanyaan), sebut atau umumkan itu (di hadapan kelompok/peserta lain jika itu mungkin).
- Persiapkan penyajian anda sehingga ada penguatan positif yang terbangun di awal sessi.
- Perhatikan betul-betul peserta yang memberi umpan balik positif (berbuat betul) sama halnya kepada mereka yang memberi umpan balik negatif (melakukan kesalahan).
A : ACTIVE
LEARNING (Belajar
Aktif)
Hukum dari
active learning menunjukkan kepada kita bahwa peserta belajar lebih giat jika
mereka secara aktif terlibat dalam proses pelatihan. Ingatkah satu peribahasa
yang mengatakan “Belajar Sambil Bekerja” ? Ini penting dalam pelatihan orang
dewasa. Jika anda ingin memerintahkan kepada peserta agar menulis laporan,
jangan hanya memberitahu mereka bagaimana itu harus dibuat tetapi berikan
kesempatan agar mereka melakukannya. Keuntungan lain dari ini adalah orang
dewasa umumnya tidak terbiasa duduk seharian penuh di ruangan kelas, oleh
karena itu prinsip belajar aktif ini akan membantu mereka supaya tidak jenuh.
Faktor-faktor
untuk pertimbangan mengenai active learning:
- Gunakan latihan-latihan atau praktek selama memberikan instruksi
- Gunakan banyak pertanyaan selama memberikan instruksi
- Sebuah kuis cepat dapat digunakan supaya peserta tetap aktif
- Jika memungkinkan, biarkan peserta melakukan apa yang ada dalam instruksi
Jika peserta
dibiarkan duduk dalam jangka waktu lama tanpa berpartisipasi atau diberi
pertanyaan-pertanyaan, kemungkinan mereka akan mengantuk /kehilangan perhatian.
M : MULTIPLE
-SENSE LEARNING
Hukum dari
multi- sense learning mengatakan bahwa belajar akan jauh lebih efektif jika
partisipan menggunakan lebih dari satu dari kelima inderanya. Jika anda
memberitahu trainee mengenai satu tipe baru sandwich mereka mungkin akan
mengingatnya. Jika anda membiarkan mereka menyentuh, mencium dan merasakannya
dengan baik, tak ada jalan bagi mereka untuk melupakannya.
Faktor-faktor untuk pertimbangan mengenai multiple-sense learning:
- Jika anda memberitah/mengatakan sesuatu kepada peserta, cobalah untuk menunjukkannya dengan baik
- Gunakan sebanyak mungkin indera peserta jika itu perlu sebagai sarana belajar mereka, tetapi jangan sampai lupa sasaran yang ingin dicapai
- Ketika menggunakan multiple-sense learning, anda harus yakin bahwa tidak sulit bagi kelompok untuk mendengarnyaa, melihat dan menyentuh apapun yang anda inginkan.
Saya dengar
dan saya lupa
Saya lihat dan saya ingat
Saya lakukan dan saya paham
(Confusius, 450 SM)
E. EXERCISE (Latihan)
Hukum dari
latihan mengindikasikan bahwa sesuatu yang diulang-ulang adalah yang paling
diingat. Dengan membuat peserta melakukan latihan atau mengulang informasi yang
diberikan, kita dapat meningkatkan kemungkinan mereka semakin mampu mengingat
informasi yang sudah diberikan. Yang terbaik adalah jika pelatih menambah
latihan atau mengulangi pelajaran dengan mengulang informasi dalam berbagai
cara yang berbeda. Mungkin pelatih dapat membicarakan mengenai suatu proses
baru, lalu menunjukkan diagram/overhead, menunjukkan produk yang sudah jadi dan
akhirnya minta kepada peserta untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Latihan
juga menyangkut intensitas. Hukum dari latihan juga mengacu pada pengulangan
yang berarti atau belajar ulang.
Faktor-faktor
untuk pertimbangan dalam exercise:
- Semakin sering trainee mengulang sesuatu, semakin mereka mengingat informasi yang diberikan
- Dengan memberikan pertanyaan berulang-ulang kita meningkatkan latihan
- Peserta harus mengulang latihannya sendiri, tetapi mencatat tidak termasuk di dalamnya
- Ringkaslah sesering mungkin karena ini bentuk lain dari latihan. Buatlah selalu ringkasan saat menyimpulkan sessi
- Buat peserta selalu ingat secara berkala apa yang telah sidajikan sedemikian jauh dalam presentasi
- Sering disebutkan bahwa tanpa beberapa bentuk latihan, peserta akan melupakan 1/4 dari yang mereka pelajari dalam 6 jam, 1/3 dalam 24 jam, dan sekitar 9 % dalam 6 minggu.
Kesimpulan
Prinsip-prinsip
dari belajar berkaitan kepada pelatihan dan pendidikan. Prinsip-prinsip
tersebut digunakan di seluruh sektor/area, baik dalam ruang kelas atau sistem
magang. Prinsip-prinsip ini dapat digunakan kepada anak-anak dan remaja sebaik
kepada orang dewasa. Instruksi yang efektif harus menggunakan sebanyak mungkin
prinsip-prinsip ini, jika tidak keseluruhan-nya. Pada saat anda merencanakan
satu sessi, lihat keseluruhan draft untuk meyakinkan bahwa prinsip-prinsip
telah digunakan dan jika tidak, mungkin perlu suatu revisi (perbaikan). Sumber Artikel
COMMENTS