Hikmah Ramadhan mengajarkan pada kita untuk bersikap lemah lembut, tidak lekas marah jika ada yang mengganggu kita. Dari Abu Hurairah,...
Hikmah
Ramadhan mengajarkan pada kita untuk bersikap lemah lembut, tidak lekas marah
jika ada yang mengganggu kita. Dari Abu
Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﻓَﻠْﻴَﻘُﻞْ ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﻮْﻡُ ﺻَﻮْﻡِ ﺃَﺣَﺪِﻛُﻢْ ، ﻓَﻼَ ﻳَﺮْﻓُﺚْ ﻭَﻻَ ﻳَﺼْﺨَﺐْ ، ﻓَﺈِﻥْ ﺳَﺎﺑَّﻪُ ﺃَﺣَﺪٌ ، ﺃَﻭْ
ﻗَﺎﺗَﻠَﻪُ ﺇِﻧِّﻰ ﺍﻣْﺮُﺅٌ ﺻَﺎﺋِﻢٌ .
“Jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa, maka janganlah berkata-kata kotor, dan jangan pula bertindak bodoh. Jika ada seseorang yang mencelanya atau mengganggunya, hendaklah mengucapkan: sesungguhnya aku sedang berpuasa. ” (HR. Bukhari no. 1904 dan Muslim no. 1151)
Imam
Nawawi rahimahullah mengatakan, “Termasuk yang dianjurkan adalah jika seseorang
dicela oleh orang lain atau diajak berkelahi ketika dia sedang berpuasa, maka
katakanlah “Inni shoo-imun, inni shoo- imun [artinya: Aku sedang puasa, aku
sedang puasa]”, sebanyak dua kali atau lebih.” (Al Adzkar, hal. 183)
Imam
Nawawi rahimahullah menguatkan pendapat bahwa ucapan “inni shoimun (aku sedang
puasa” hendaklah diucap. Demikian yang beliau ungkapkan dalam Al Adzkar. Namun
dalam Syarhul Muhadzdzab, beliau berkata bahwa baik mengucapkan di lisan atau
cukup dalam hati, keduanya sama-sama baik. Namun mengucapkan di lisan itu lebih
baik. Seandainya menggabungkan di antara kedua (di lisan dan batin), itu pun
baik. Oleh karenanya, Imam Bukhari membawakan judul bab tentang masalah ini
dengan konteks pertanyaan, “Apakah dengan lisan mengucapkan aku sedang puasa kala
dicela?” Sedangkan Ar Ruwyani berpendapat bahwa untuk berpuasa wajib di bulan
Ramadhan, saat dicela hendaklah mengucapkan dengan lisan “aku sedang puasa”.
Namun untuk selain puasa Ramadhan, maka cukup dalam batin saja.
Ibnul
‘Arabi sendiri mengklaim bahwa letak perselisihan adalah pada puasa sunnah.
Adapun untuk puasa wajib tetap mengucapkan dengan lisan. Demikian diterangkan
dalam Fathul Bari karya Ibnu Hajar.
Penjelasan
hadits di atas menunjukkan bahwa puasa Ramadhan mengajarkan untuk bersikap
lemah lembut. Sungguh, ini benar-benar akhlak yang luhur. Lemah lembut adalah
akhlak para nabi, perilaku dari orang terhormat dan mulia.
Bahkan
dengan lemah lembut membuat seseorang akan semakin mulia. Maka ketika Urwah bin
Zubair tatkala dicela dengan kata- kata jelek, maka ia cukup berkata,
ﺇﻧﻲ ﺃﺗﺮﻛﻚ ﺭﻓﻌﺎ ﻟﻨﻔﺴﻲ
“Aku membiarkanmu hanya untuk membuat diriku lebih mulia. ” ( Ramadhan Durus , hal. 183)
Ibnu
Baththol mengatakan, “Ketahuilah bahwa tutur kata yang baik dapat menghilangkan
permusuhan dan dendam kesumat. Lihatlah firman Allah Ta’ala,
ﺍﺩْﻓَﻊْ ﺑِﺎﻟَّﺘِﻲ ﻫِﻲَ ﺃَﺣْﺴَﻦُ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺑَﻴْﻨَﻚَ ﻭَﺑَﻴْﻨَﻪُ
ﻋَﺪَﺍﻭَﺓٌ ﻛَﺄَﻧَّﻪُ ﻭَﻟِﻲٌّ ﺣَﻤِﻴﻢٌ
“Tolaklah
(kejelekan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu
dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat
setia. ” (QS. Fushilat: 34-35). Menolak kejelekan di sini bisa dengan perkataan
dan tingkah laku yang baik.” (Syarh al Bukhari, 17: 273)
Sahabat
yg mulia, Ibnu ‘Abbas - radhiyallahu ‘anhuma - mengatakan, “Allah memerintahkan
pada orang beriman untuk bersabar ketika ada yang membuat marah, membalas
dengan kebaikan jika ada yang buat jahil, dan memaafkan ketika ada yang buat
jelek. Jika setiap hamba melakukan semacam ini, Allah akan melindunginya dari
gangguan setan dan akan menundukkan musuh musuhnya. Malah yang semula
bermusuhan bisa menjadi teman dekatnya karena tingkah laku baik semacam ini.”
Ibnu
Katsir rahimahullah mengatakan, “Namun yang mampu melakukan seperti ini adalah
orang yang memiliki kesabaran. Karena membalas orang yg menyakiti kita dengan
kebaikan adalah suatu yang berat bagi setiap jiwa.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al
‘Azhim , 12: 243)
Ya Allah karuniakanlah pada kami akhlak yang santun dan sikap lemah lembut.
Ya Allah karuniakanlah pada kami akhlak yang santun dan sikap lemah lembut.
COMMENTS