Interaksi dengan al-Quran bukan hanya melalui membaca dan mengkhatamkannya saja. Interaksi sebenarnya baru akan terwujud ketika seorang ...
Interaksi dengan al-Quran bukan hanya melalui
membaca dan mengkhatamkannya saja. Interaksi sebenarnya baru akan terwujud
ketika seorang muslim merasa dibimbing al-Quran dalam setiap aktifitasnya,
termasuk pengalaman dan perjalanan hidup. Pola interaksi dengan al-Quran itulah
yang harus ditingkatkan agar al-Quran benar-benar memberikan bimbingan dan
petunjuk.
Salah satu kandungan al-Quran adalah sejarah yang
berisi fakta-fakta, kemudian ditafsirkan. Tujuan utamanya bukan menguasai fakta-fakta
itu, tetapi bagaimana mengambil pelajaran dari fakta-fakta sejarah tersebut.
Diantara kisah al-Quran yang erat kaitannya dengan
kehidupan bernegara adalah kisah Nabi Yusuf AS, Nabi Sulaiman AS, dan Nabi Musa
AS.
Nabi Musa memberikan pelajaran bagaimana
memposisikan diri sebagai oposisi. Nabi Yusuf AS memberikan pelajaran bagaimana
musyarakah sehingga kisahnya yang berawal dipenjara dapat berujung di
istana. Berbeda lagi kisah tentang Nabi Sulaiman AS, yag bercerita tentang
bagaimana jika agama telah mampu menguasai negara.
Ketiga cerita tersebut meskipun berbeda, tetapi
mempunyai beberapa persamaan. Persamaan tersebut adalah;
1. Konflik
Baik ketika beroposisi,
bermusyarakah, maupun menguasai negara, konflik itu selalu ada. Bahkan cikal
bakal konflik antara Nabi Musa AS dan Firaun telah ada jauh sebelum Nabi Musa
lahir, yaitu keinginan Firaun melenyapkan setiap bayi laki-laki karena
dikhawatirkan akan menyingkirkan kekuasaannya. Konflik adalah salah satu bentuk
cobaan Allah kepada manusia. Manusia yang paling keras cobaannya adalah para
nabi, dan orang-orang yang paling “mirip” dengan para nabi itu; yaitu
orang-orang shalih yang berjuang dijalan Allah.
Konflik itu biasa,
bahkan konflik antara Yusuf dan Benyamin (saudara satu ibu satu bapak) dengan
saudara-saudaranya yang juga anak-anak keturunan Nabi (keluarga Yusuf, 4
generasi ke atas adalah Nabi semua) hingga berujung pada skenario pembunuhan.
Apalagi hanya dalam sebuah organisasi atau negara. Sayyid Quthb berkata, “Kita
tidak bisa memilih untuk tidak berkonflik, yang bisa kita pilih adalah di kubu
mana kita berada”. Khusus cerita Yusuf, kita dapati konflik terjadi karena
kecemburuan akan kadar keikhlasan saudara-saudaranya. Maka, prinsip dakwah kita
yang pertama dan utama adalah salamatush-shadr.
2. Konspirasi
Hal yang patut dicatat
adalah ayat-ayat yang berkaitan dengan konspirasi kepada para nabi itu
dikaitkan dengan keimanan kepada Allah dan kepada takdir, agar yakin bahwa
Allah lah yang mengendalikan semuanya. Dialah sebaik-baik pemberi tipu daya.
Kita lihat bagaimana kisah Nabi Musa AS yang diselamatkan Allah dengan
mengantarkan beliau ke istana Firaun melalui Sungai Nil, kemudian beliau
ditemukan oleh istri Firaun.
Siapakah yang
mengendalikan pikiran istri Firaun sehingga Musa diselamatkan dan diizinkan
menikmati hidup di istana? Bukankah sebelumnya Firaun ingin agar setiap bayi
laki-lakkki dibunuh? Mengapa dia justru setuju untuk membesarkan Musa di
istananya? Allah telah mengubah persepsi Firaun dan istrinya sehingga menyelisihi niatnya sendiri.
Ingat kisah pertempuran Firaun dan Nabi
Musa AS, ketika Nabi Musa AS terjepit, ia justru lari ke laut. Logika perang
modern; dimana-mana kalau terjepit larinya ke gunung atau hutan, bukan ke laut.
Maka tatkala Firaun mengetahui hal itu, ia dan pasukannya bersorak karena
sangat yakin akan mudah menghancurkan Musa dan pengikutnya.
Tapi Allah punya rencana, dan Nabi Musa
diperintahkan untuk memukulkan tongkatnya ke laut dan terbelahlah lautan.
Firaun pun tidak sempat berpikir panjang, mengejar ke tengah lautan yang
terbuka, dan ia pun binasa ditelan laut.
Demikian pula, siapakah yang mengendalikan
pikiran saudara Yusuf AS sehingga mereka hanya menceburkan Yusuf AS ke dalam
sumur, dan bukan membunuhnya? Ingat, sebab utama konflik antara Nabi Yusuf AS
dan saudara-saudaranya adalah kecemburuan, yang berakhir pada konspirasi untuk
membunuh Yusuf AS. Jika kita punya esadaran tentang kekuasaan Allah, tidak
boleh ada ancaman yang membuat kita berhenti bergerak dan berjuang.
3. Jarak
Yang dimaksud disini adalah jarak antara
mimpi dan realisasi atas mimpi itu. Sikap optimisme bahwa mimpi itu pasti
terwujud. Harus punya nafas perjuangan yang panjang agar mimpi itu terwujud. Berapa
lama jarak antara mimpi Nabi Yusuf dan realisasi kekuasaan beliau? Salah satu
riwayat menjelaskan, jarak itu adalah 40 tahun. kesabaran Yusuf itulah yang
menjadikannya dimenangkan Allah.
Kesabaran adalah faktor yang sangat
penting dalam suatu perjuangan, kisah Nabi Yusuf AS antara dibuang
saudara-saudaranya dengan realitas mimpi ayahnya; Nabi Yaqub, bahwa
saudara-saudaranya akan menyembah/sujud kepada Nabi Yusuf adalah sekitar 40
tahun. riwayat lain menyebutkan 80 tahun. jatuh bangun dalam perjuangan
kebenaran adalah biasa dalam pendakian menuju kemenangan. Yang pastiu, kita
harus terus naik, meskipun dalam perjalanan nnaik itu kadangkala butuh
istirahat.
Siapa pula yang akan menang, adalah mereka
yang berumur lebih panjang; stamina tetap, teknik semakin baik. Pemimpin Bosnia
kala tahun 1994 diwawancarai oleh Fox News, ditanya tentang masa depan
Bosnia, beliau mengatakan, “Yang memenangi peperangan ini bukanlah yang
membunuh lebih banyak jiwa, tetapi siapa yang bisa hidup lebih lama”. Fakta sejarah
menunjukan bahwa pada akhirnya Serbia pergi dan Bosnia berdiri merdeka.
Yakinlah kapan pun itu kita tetap akan
menang pada akhirnya. Mana lebih lama umur negara atau agama? Imperium Romawi-Yunani
sekarang mana? Tapi agama yang dulu pernah mereka kalahkan sampai hari ini
masih tetap ada. Maka karena hakikat perjuangan adalah perjuangan agama, maka
perjuangan ini akan selalu menang! Politisi menciptakan voters, tetapi
agama menciptakan followers. Kuat mana voters dan followers?
4. Mindset
Baik Nabi Yusuf AS, Nabi Musa AS, maupun
Nabi Sulaiman AS, ketiganya punya mindset sebagai pemenang, bukan
sebagai pengabdi. Doa Nabi Sulaiman AS yang sangat dahsyat; Rabbi hablii
mulkan laa yanbaghii li ahadin min ba'dii.
Nabi Sulaiman AS minta negara dan ia minta negara itu tidak diberikan kepada
selainnya. Nabi Sulaiman AS bukan hanya minta negara, tetapi negara yang tidak
diberikan Allah kepada setelahnya. Karena itu, berdoalah seperti doa Nabi
Sulaiman AS.
Karena doanya, menurut riwayat istri Nabi
Sulaiman AS berjumlah 99 orang, bahkan istri Nabi Daud AS sebanyak 1000 orang. Berdoalah
kepada Allah agar kita diberikan kekuasaan yang dengannya kita memperbaiki umat
dan bangsa ini. Bahkan lebih daripada itu, kita akan tunjukan peran kita di
muka bumi ini. Wallahu a’lam. (disarikan dari Buletin “Bening” jumat)

COMMENTS