Pada suatu hari, Howard Gardner –penemu Multiple Intelegence- pergi ke Singapura. Di sana ia melihat seorang bayi berusia delapan bulan ya...
Pada suatu hari, Howard Gardner –penemu Multiple Intelegence- pergi
ke Singapura. Di sana ia melihat seorang bayi berusia delapan bulan yang sedang
menangis.
Untuk menghindari kecemasan si bayi karena bertemu orang asing, biasanya
Gardner menggunakan dua metode; pertama, dia tidak melakukan kontak mata
dengan si bayi, namun membiarkan bayi itu untuk mengamati dirinya. Kedua, dia
memberikan kacamatanya untuk dimainkan sang bayi
Menurut Gardner, kedua teknik itu selalu efektif untuk bayi-bayi di
Amerika. Namun kedua pendekatan itu tidak berhasil bagi bayi ini, ia tidak
memperhatikan dan tidak mau menyentuh kacamatanya. Ketika kemudian Gardner
bertanya pada para orang tua di Singapura, ia mendapat jawaban bahwa anak-anak
di rumah tidak diizinkan untuk menyentuh atau memainkan benda kecuali mainan. Ada
dua alasan, pertama karena terlalu mahal atau khawatir membahayakan bayi. Tapi Gardner
memikirkan kemungkinan ketiga, bahwa anak dipaksa untuk menahan nalurinya untuk
menyukai eksplorasi.
Sebagai orang Amerika, ia sangat terkejut dengan larangan tersebut. Berdasarkan
pengalaman di negerinya, setiap anak pada usia satu sampai dua tahun selalu
diizinkan untuk bermain dengan benda-benda yang ada disekitar rumah, dan orang
dewasa biasanya menjauhkan benda-benda yang bisa membahayakannya. Secara umum,
orang Amerika memandang eksplorasi sebagai sebuah kebajikan. Mereka sangat
berbahagia ketika anak-anaknya berusaha mengikuti apapun yang dilakukan orang
dewasa di sekitarnya.
Ketika Gardner ke Nanjing, China, ia membawa bayi berusia 18 bulan yang ia
adopsi dari Taiwan sejak masih bayi. Setiap hari, Gardner selalu mengizinkan
Benjamin, sang bayi, untuk memasukan kunci di hotelnya. Sang bayi selalu merasa
senang mencoba, meskipun ia berhasil ataupun tidak.
Pada suatu kali ada orang China melewati mereka, dan menyaksikan bagaimana
Gardner dan istrinya membiarkan Benjamin mencoba memasukan kunci ke dalam
slotnya. Si orang China tersebut memandang dengan pandangan yang kurang setuju,
dan berkata: “Kalian orang tua yang tidak berperasaan. Apakah kalian tidak
mengerti bagaimana cara membangun kemampuan anakmu? Daripada membiarkan anakmu
menjadi frustasi, mengapa tidak diajari bagaimana cara yang benar membuka kunci
itu!”.
Teguran orang China tersebut, lagi-lagi membuat Gardner tersadar bahwa
kecenderungan orang tua di Asia berbeda dengan di negerinya. Di Amerika dan di
negara barat lainnya, para orang tua umumnya mendorong anak untuk selalu
bereksplorasi, menyelesaikan persoalannya sendiri, dan membiarkan mereka
mengatur benda atau segala sesuatu sendiri. Mereka memandang hal itu sebagai
hal positif bagi perkembangan anak-anak, ketika mereka mencoba segala sesuatu,
seperti ketika mereka memainkan kacamata orang dewasa atau memainkan kunci. Pembangunan
dan perkembangan otak anak jauh lebih mahal ketimbang harga benda-benda yang
dimainkan itu.
Itulah mengapa wajar ketika orang-orang barat, pada masa ini selalu
memimpin dunia dalam mengeksplorasi semesta; baik luar angkasa maupun samudra
lepas. Bagaimana dengan kita?
Bagi setiap bayi, Allah Ta’ala telah menganugerahkan insting untuk menjadi
peneliti bagi dunia sekitarnya; baik dengan tangan, kaki, mulut, maupun anggota
tubuh lainnya.
Akankah kita mematikan naluri tersebut?! ////Disarikan dari Majalah “Suara Hidayatullah”//

COMMENTS